Rabu, 12 Januari 2011


FILSAFAT MODERN ABAD KE-17

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum
Dosen pengampu : Drs. Usman. SS. M. Ag












Disusun oleh:

1. Aini Khulwati                    (08410058)
2. Abdul Ghoni                      (08410059)
3. Ibnu Rosidi                        (08410060)
4. Sofiatun                              (08410062)
5. Neneng Siti Fatimah N.A  (08410063)
6. Evi Mualifah                      (08410064)
7. Deasy Pratiwi S.                (08410065)







JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2009
 





BAB I
PENDAHULUAN

Zaman modern yakni zaman sesudah abad pertengahan berahir, hingga sekarang yang berbeda jauh dengan zaman-zaman sebelumnya. Di zaman sekarang ini kebebasan berfikir bukan saja menjadi hak setiap orang tetepi juga menjadi idiologi kaum intelektual. Cirri yang membedakan abad pertengahan dengan zaman modern adalah yang pertama berkurngnya cengkeraman kekuasaan gereja dan kuatnya otoritas ilmu pengetahuan.

A.    Renaissance
Berasal  dari bahasa Perancis  retnasel yang berarti lahir kembali. Istilah ini di gunakan oleh para sejarawan untuk menunjukan periode kebangkitan-kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa dan lebih khusus di Italia sepanjang abad 15 dan 16. cirri utama renaissance adalah humanis, individualisme, lepas dari agama/ tidak mau di atur oleh agama, empirisme dan rasionalisme. Sebenarnya secara esensial zaman renaissance tidak berbeda dengan zaman modern, karena ciri filsafat renaissance ada pada filsafat modern. Cirri yang mencolok selain yang sudah disebutkan di atas adalah fisionalisme, yang menetapkan bahwa kebenaran berpusat pada akal, tetapi setiap akal bergantung pada subjek yang mengunakan.

B.     Rasionalisme
Dalam rasionalisme ini ada tiga tokoh yaitu: Descrates, Spinoza, Leibnis. Rasoinalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan di peroleh dengan cara berfikir itu adalah kaidah-kaidah logis atau logika.


1.      Descrotes (1596-1650 M)
Seorang filosof pada abad modern yang menggunakan metode filsafatnya yakni menyangksikan segala-galanya atau menerapkan metode keragu-raguan, menurutnya kebenarn itu dilihat dari 4 (empat) hal, yaitu:
b)      Kebenaran dinyatak shohih jika telah benar indrawi dan realitasnya jelas dan tegas, sehingga tidak ada keraguan yang merobohkanya.
c)      Pecahkanlah setiap kesulitan sebanyak mungkin, sehngga tidak ada keraguan yang dapat merobohkanya..
d)     Bimbinglah fikiran dengan teratur miulai dari hal yang sederhanadan mudah diktahui setelah itu pada bagian yang peling sulit dan complex.
e)      Dalam proses pencarian dan pemeriksaan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat perhitungan yang sempurna serta pertimbangan yang menyeluruh.
2. Spinoza (1632-1677 M)
Spnozan menciba nebjawab pertanyaan yang berjaitan dengan kebeneraan tetang sesuatu, bagaimana kebenaran itu bisa benar. Benar yang terbenar. Spinoza mempeunya cara berfikir yang sana dengan descrates, bahwa kebenaran itu terpusat pada pemikiran dan jiwa, keluasan adalah tubuh.
3. Leibniz (1646-1716 M)
Seorang filosof dari jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Metafisika Leibniz sama-sama memusatkan perhatian pada substansi. Menurutnya, alam semesta ini, mekanisme dan keseluruhannya bergantung pada sebab. Sementara substansi menurut Leibniz adalah prinsip akal yang mencukupi yang secara sederhana dapat dirumuskan. Sesuatu harus memiliki alasan. 

C.     Idealisme Objektif
Idealisme objektif adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakekat dunia fisik dapat difahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh.


1.      J.G. Fichte ( 1762-1814 M)
Seorang filosof jerman yang pernah menjadi rector universitas Berlin. Filsafatnya disebut Wissenschaftslehre (ajaran Ilmu Pengetahuan). Fishte mencoba menerangkan hubungan aku dengan aanya benda-benda. Secara sederhana, dialektika fishte dapat diterangkan sebagai berikut, Manusia memandang objek benda-benda dengan indranya. Menusia berusaha mengetahui yang dihadapannya, maka berjalanlah proses intelektual untuk membentuk dan mengabstraksikan objek sesuai dengan pemikiran. Dengan demikian, jelas bahwa realitas merupakan buah hasil dari aktifitas fakir subjek.
2.      Schelling ( 1775-1854 M)
Filsafat schelling menurut reese berkembang melalui lima tahap, yaitu:
a.       Idealisme subjektif,
b.      Filsafat Alam,
c.       Idealisme Objektif,
d.      Filsafat Idealitas, dan
e.       Filsafat Positif.
Menurut Schelling, realitas selain identik dengan pergerakan pemikiran yang berevolusi secara dialektis juga merupakan suatu proses rasional evolusi dunia menuju realitas berupa suatu ekspresi kebenaran terakhir.
3.      Hegel (1770-1831M)
Inti filsafat Hegel adalah konsep Gebsts (spirit, roh), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan antara yang mutlak dengan yang tidak mutlak.



D.    Idealisme Thecsk
1.      Pascal (1623-1662 M)
Menurut pascal, cara memperoleh ilmu yaitu dengan akal dan dengan hati. Untuk filsafat manusia, Pascal berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang rumit yang kaya dengan variasi dan selalu berubah. Ketidak kemampuan filsafat dan alat lain  membuat agama menjadi salah satu cara untuk memahami manusia. Filsafat ketuhanan menurut Pascal problem pengetahuan tentang tuhan akhirnya menjadi problem agama. Kesimpulannya:
a.       Pengetahuan diperoleh dari dua cara, akal dan hati,
b.      Hati memiliki logika tersendiri,
c.       Unsur terpenting dalam manusia, ia kontradiksi, hanya agama yang mampu memahami manusia, pengetahuan rasional hanya mampu menangkap objek yang bebas dari kontradiktif.
d.      Tuhan tidak dapat difahami melalui metafisik tetapi difahami melalui hati.
2.      Kant (1724-1804 M)
Pengetahuan yang mutlak benarnya tidak akan ada bila seluruh pengetahuan datang melalui indera, tetapi apabila pengetahuan berasal dari luar akal murni, tidak bergantung pada pengalaman, bahkan tidak bergantung pada indera, yang kebenarannya apriori.

E.     Empirisme
Salah satu aliran dalam filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranan akal.
1.      John Locke (1632-1702 M)
Seorang filosof yang banyak mempelajari agama Kristen. Locke termasuk yang menolak akal karena dia beranggapan bahwa mula-mula rasio manusia seperti lembaran kertas putih dan seluruh isinya adalah pengalaman. Pandangan Locke tersebut sama dengan filsafat islam yang didukung oleh Al-Quran surat ar-ruum ayat 30.
2.      Home (1711-1776 M)
Home menggunakan prinsip-prinsip empiristis dengan cara yang paling radikal, terutama untuk pengertian substansi dan kausalitas ( hubungan timbale balik). Ia tidak menerima substansi sebab yang dialami adalah kesan-kesan saja tentang beberapa cirri yang selalu terdapat bersama-sama.
3.      Spencer (1820-1903M)
Filsafat Spencer berpusat pada teori evolusi. Menurutnya, kita hanya dapat mengenali fenomena-fenomena atau gejala saja. Memang benar dibelakang gejala itu ada suatu dasar absolute tapi yang absolute itu tidak dapat kita kenal.

F.      Pragmatisme
Suatu aliran yang berpandangan bahwa substansi kebenaran adalah jika sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan.
1. William jame (1842-1910)
Pandangan filsafatnya adalah tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, bersifat tetap, dan berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal sebuah pengalaman kita berjalan terus, dan yang kita anggap benar itu senantiasa berubah, karena dalam prakteknya yang kita anggap benar dapat dikoreksi kembali oleh pengalaman berikutnya.

G.    Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme yaitu aliran filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.


1.      Kierkegaard (1813-1855 M)
Filosof yang memberikan kritik pada Hegel, karena Hegel meremehkan eksistensi yang konkrit karena hegel mengutamakan idea yang bersifat umum. Menurut Kierkegaard, manusia tidak pernah hidup sebagai "aku umum" tetapi sebagai "aku individual".

2.      Sartre (1905-1980M)
Sartre adalah filosof  ateis, konsekuensi pandangan ateis adalah tuhan tidak ada atau sekurang-kurangnya manusia bukan ciptaan tuhan. Oleh karenanya, konsepnya tentang manusia ialah manusia buakn ciptaan tuhan. dari pemikiran ini dia menemukan bahwa eksistensi manusia mendahului esensinya.




DAPTAR PUSTAKA
Hakim. Atang, Abdul, dkk. Filsafat Umum. 2008. Bandung: Putaka Setia.
Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum. Bandung: Rosda Karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar